Tradisi dan Budaya Cilacap


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi yang, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan. Manusia juga bisa disebut ebagai makhluk sosial, dimana manusia dalam kehidupannya perlu bantuan dari orang lain, tidak bisa berdiri sendiri.
Kebudayaan, kesenian, hukum, adat istihadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Misalnya: dari alat-alat yang paling sederhana seperti asesoris perhiasan tangan, leher dan telinga, alat rumah tangga, pakaian, system computer, non materil adalah unsur-unsur yang dimaksudkan dalam konsep norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan / keyakinan serta bahasa.
Hubugan antara manusia dan kebudayaan secara sederhana adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia dari sisi lain hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis.
Tentunya budaya merupakan bagian dari campur tangan manusia. Pada bahasan kali ini kita akan akan mencoba membahas tentang manusia dan kebudayaan yang lebih di spesifik lagi ke arah daerahnya, saya akan mengambil kebudayaan di daerah Cilacap, Jawa tengah.

1.2  Tujuan
Manusia dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Maka dari itu tujuan dibuatnya artikel ini adalah untuk memperkenalkan budaya dan diharapkan masyarakat dapat mempertahankan serta melestarikan budayanya masing-masing.

BAB II
PEMBAHASAN

Cilacap kini berkembang menjadi sentra-sentra industri yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, terdapat industri besar seperti kilang bahan bakar milik Pertamina UP IV (terbesar se-Asia Tenggara) serta pabrik semen Portland (Holcim). Wilayah Cilacap sepertinya kurang lengkap tanpa menyebut pulau Nusakambangan yang dikenal dengan pulau penjara. Daerah ini sejak zaman Belanda dipergunakan untuk mengasingkan narapidana dengan masa hukuman yang lama. Nusakambangan kini tidak lagi hanya dipergunakan untuk orang hukuman, di sini terdapat potensi wisata yang dapat dikembangkan. Di dinding pantai tenggara Nusakambangan masih dapat dijumpai bangunan tua yang berfungsi sebagai rambu laut dan dikenal sebagai Mercusuar Cimiring. Bagi wisatawan yang ingin menelusuri sejarah bisa menikmati keberadaan Benteng Pendem Cilacap, benteng yang dikenal sebagai Kusbatterij Op De Lantong Te Tjilatjap ini merupakan bekas markas pertahanan tentara Hindia Belanda.
Cilacap mungkin terlalu luas untuk dijabarkan semuanya. Secara umum, Cilacap terbagi menjadi budaya Jawa dan budaya Sunda. Budaya yang berbeda ini tentu menyebabkan pola masyarakat yang berbeda pula dan hal ini menimbulkan keunikan tersendiri yang selanjutnya terjadi pencampuran budaya dari kedua budaya tersebut. Dari segi perekonomian pun, secara umum terbagi menjadi dua yakni wilayah bagian selatan berkembang sektor perikanan laut dan bagian utara-barat berkembang sektor pertanian.
Cilacap terkenal dengan Bahasa Ngapak atau bisa disebut juga  dengan Dialeg Banyumasan dengan logatmedhok yang khas. Bahasa ini merupakan bahasa yang sehari-hari digunakan, tetapi beberapa juga ada yang tidak menggunakan bahasa ngapak ini. Setiap daerah pasti memiliki tradisi dan budaya yang berbeda-beda. Begitu pun Cilacap. Berikut tradisi tradisi Islam yang berada di Cilacap:
1.  Budaya Sungkeman
            Budaya ini masih dilakukan masyarakat sekitar sampai sekarang, bahkan sudah mengakar dalam kehidupan. Tradisi sungkeman biasanya dilakukan saat perayaan keagamaan, seperti hari raya Idul Fitri, dan saat ada acara pernikahan ataupun acara keluarga lainnya. Sungkeman dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang tua, dan biasanya dilakukan dengan mencium tangan orang tua sambil berlutut di hadapannya.

2.  Tradisi Sedekah Laut
               Tradisi ini masih dilakukan oleh masyarakat, khususnya kaum nelayan di Cilacap, Jawa Tengah. Tradisi ini dimaksudkan untuk memberi sesajen kepada penguasa laut selatan Nyai Roro Kidul, dengan tujuan untuk syukuran atas hasil laut yang telah didapat selama ini. Tradisi ini berupa ritual upacara dengan membawa kepala kerbau yang selanjutnya dibawa dengan perahu menuju ke tengah laut. Sedekah laut ini biasanya dilakukan setahun sekali. Meskipun tradisi ini menyimpang dari ajaran Islam dan termasuk perbuatan syirik, tapi masih belum bisa dihilangkan dari kehidupan masyarakat sekitar, dan masih banyak orang yang percaya akan hal-hal tersebut.

3.Tradisi peringatan 7, 30, 100, 1000 hari orang yang sudah meninggal
Tradisi seperti ini masih kental dilakukan warga masyarakat sekitar untuk memperingati orang yang sudah meninggal. Keluarga yang ditinggalkan biasanya mengirimkan makanan kepada kerabat-kerabatnya atau saudaranya, tujuannya agar bisa mengenang orang yang meninggal tersebut. Tradisi ini merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang, sehingga sangat sulit dihilangkan. Meskipun pada kenyataannya sekarang tradisi seperti ini sudah jauh berkurang dibandingkan dahulu. Keluarga saya masih menjalankannya sampai sekarang seperti kemarin 1000 harian Alm bude saya.

4. Ziarah kubur
           Tradisi ziarah kubur biasanya dilakukan menjelang bulan puasa atau menjelang lebaran. Hal ini dilakukan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Tidak hanya kuburan keluarga dan orang-orang terdekat saja, tetapi kuburan para wali atau kiai juga diziarahi, tujuannya tidak lain adalah untuk mendapatkan berkah dan meminta doa.. Tradisi ini rutin dilakukan setiap tahun, dan biasanya orang pergi beramai-ramai menuju tempat ziarah membawa keluarga dan kerabat mereka.

5. Kesenian Ebeg
          Ebeg adalah tarian unik khas Banyumas yang menggunakan kuda kepang sebagai alat tariannya. Tari ini menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Dalam pertunjukkannya ebeg diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe. Hal yang paling menarik dari tarian ini adalah ketika para penarinya kerauhan atau kemasukan roh yang dikendalikan oleh para dukun Ebeg. Mereka akan melakukan apa saja yang diminta oleh sang Dukun. Dari makan makanan yang tidak wajar seperti beling, atau serabut kelapa atau daun daunan sampai memanjat pohon kelapa dengan cepat akan mereka lakukan. Pertunjukan magis ini akan semakin seru ketika seorang penonton “ketempelan” roh dan menjadi salah satu penarinya. Jadi hati hati ketika anda menontonnya, jangan terlalu dekat kalau tidak mau ketempelan.

6.  Kesenian Lengger
            Sampai sekarang Tarian Lengger Banyumasan masih menjadi budaya tari yang melestari di daerah Banyumas dan sekitarnya. Kesenian ini umumnya disajikan oleh dua orang wanita atau lebih. Pada pertengahan pertunjukkan hadir seorang penari pria yang lazim disebut badhut, Lengger disajikan diatas panggung pada malam hari atau siang hari dan diiringi olah perangkat musik calung. Pada akhirnya nanti para penari ini akan mengajak anda untuk menari bersama mereka dan tradisinya adalah ketika penonton ikut menari, mereka akan memberikan uang saweran atau sumbangan. 

Itulah beberapa budaya yang terjadi di dalam masyarakat Jawa tengah, khususnya di Cilacap dan sekitarnya. Budaya-bdaya tersebut sudah mengakar di dalam kehidupan masyarakat sekitar, sehingga sangat sulit untuk diubah apalagi dihilangkan. Budaya terjadi secara turun-temurun dan mengalami proses yang lama untuk membentuk suatu pola pikir dan nilai-nilai yang terjadi di masyarakat.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasar dari artikel diatas, suatu kebudayaan masyarakat dipengaruhi dan erat kaitannya dengan latar belakang sejarah, kondisi geografis dan perekonomian. Derasnya arus modernisasi mulai menggusur nilai-nilai budaya yang ada dan sebagai generasi penerus bangsa kita berkewajiban untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang bersifat baik.
3.2 Saran
Saya menyarankan untuk para pembaca harus membaca artikel seperti ini karena artikel ini sangat bermanfaat dan bisa mendapatkan wawasan yang lebih serta pembaca dapat melestarikan budaya dari daerah mereka masing-masing.

Komentar