Penyakit pada Sistem Penglihatan: Rabun Jauh

Rabun Jauh

Apa itu Rabun Jauh?
Rabun jauh atau miopi adalah kondisi mata yang menyebabkan objek yang letaknya dekat terlihat jelas, sementara objek yang letaknya jauh terlihat kabur. Kondisi ini juga disebut dengan istilah miopia.
 
Apa gejalanya?
Gejala rabun jauh dapat terjadi pada siapa saja dan dari segala umur. Tetapi kondisi ini umumnya mulai dirasakan oleh pengidap pada usia sekolah hingga remaja. Berikut adalah gejala-gejala rabun jauh yang seringkali muncul.
  • Pandangan kabur saat melihat objek yang jauh sehingga sering menyipitkan mata, misalnya kesulitan melihat huruf di papan tulis.
  • Sakit kepala atau mata lelah karena mata bekerja secara berlebihan.
  • Frekuensi mengedipkan mata yang berlebihan.
  • Sering menggosok mata.
  • Terlihat tidak menyadari keberadaan objek yang jauh.
Gejala tersebut perlahan-lahan akan makin parah seiring bertambahnya usia dan perkembangan mata. Contohnya pada lansia, penurunan kemampuan mata biasanya berhubungan dengan terbentuknya katarak pada lensa mata.

Bagaimana cara pengobatannya?
Penanganan rabun jauh dilakukan untuk membantu agar cahaya bisa terfokus pada retina. Jenis penanganan yang dipilih tergantung pada usia pasien, tingkat keparahan rabun jauh, serta kondisi kesehatan pasien.

Penggunaan kacamata atau lensa kontak

Langkah penanganan rabun jauh yang paling sederhana dan terjangkau adalah dengan menggunakan kacamata atau lensa kontak. Pemilihan kacamata serta lensa kontak tergantung pada kebutuhan serta kenyamanan Anda.

Apabila Anda memilih lensa kontak, menjaga kebersihan lensa kontak sangatlah penting agar Anda terhindar dari infeksi mata. Lensa kontak juga sebaiknya dilepas pada saat Anda hendak tidur.

Operasi dengan sinar laser

Proses operasi dengan sinar laser juga dapat menjadi alternatif. Diperkirakan sekitar 90 persen pasien yang menjalaninya merasakan perubahan yang signifikan.

Dalam operasi ini, sinar laser akan digunakan untuk membakar sebagian kecil kornea agar lengkungannya kembali normal. Laser epithelial keratomileusis (LASEK), laser in situ keratectomy (LASIK), dan photorefractive keratectomy (PRK) adalah 3 jenis operasi laser yang dapat menjadi pilihan.

Setelah menjalani LASEK atau LASIK, kemampuan mata Anda akan kembali dalam beberapa jam atau hari. Tetapi pemulihan secara total umumnya memakan waktu hingga sebulan. Sedangkan untuk PRK, proses pemulihan sampai penglihatan kembali stabil dapat berlangsung lebih lama, yaitu hingga beberapa bulan.

Selama masa penyembuhan, kemampuan mata Anda akan mengalami fluktuasi untuk sementara. Contohnya, penurunan kemampuan melihat pada malam hari serta pandangan kabur saat terkena cahaya terang. Tetapi kondisi ini perlahan-lahan akan membaik. Mata Anda juga mungkin akan terasa kering sehingga Anda akan membutuhkan obat tetes mata untuk mengatasinya.

Harap diingat bahwa prosedur ini tidak cocok untuk penderita rabun jauh berusia di bawah 21 tahun karena mata mereka masih dalam tahap perkembangan

LASIK juga hanya bisa dilakukan jika pasien memiliki ketebalan kornea yang cukup. Operasi LASIK pada kornea yang tipis berisiko mengakibatkan kebutaan. Karena itu, pasien dengan kornea yang kurang tebal umumnya dianjurkan untuk menjalani LASEK atau PRK.

Meski demikian, prosedur-prosedur tersebut tidak cocok untuk penderita diabetes, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya penderita HIV), ibu hamil atau menyusui, serta pengidap glaukoma atau katarak.

Implantasi lensa buatan

Alternatif penanganan lainnya adalah implantasi lensa buatan ke dalam mata. Proses ini dilakukan untuk menangani rabun jauh dengan tingkat keparahan tinggi yang tidak bisa ditangani dengan operasi laser. Prosedur ini dapat dilakukan dengan memasukkan lensa buatan tanpa mengeluarkan lensa mata yang asli atau mengganti lensa asli dengan lensa buatan.

Implantasi lensa buatan tanpa mengeluarkan lensa asli disebut juga dengan istilah implantasi lensa phakic. Proses ini umumnya dilakukan untuk pasien berusia muda dengan kemampuan baca yang masih normal. Sedangkan prosedur penggantian lensa biasanya lebih cocok untuk pasien lansia yang juga menderita gangguan atau kerusakan mata yang lain, seperti glaukoma.

Komplikasi yang paling umum terjadi dalam prosedur implantasi adalah penggelapan kapsul posterior, yaitu lensa buatan yang menebal dan menyebabkan pandangan buram. Komplikasi ini sebagian besar terjadi pada jangka waktu beberapa bulan hingga tahun setelah operasi. Selain penggelapan, ada sejumlah potensi komplikasi lain yang meliputi glaukoma, katarak, penurunan kemampuan melihat saat malam, serta penggeseran retina.

Komentar