Disentri
Apa itu Disentri?
Disentri adalah infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang
disertai darah atau lendir. Diare merupakan buang air besar encer
dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya. Di samping diare, gejala disentri lainnya meliputi kram perut, mual atau muntah, serta demam.
Disentri merupakan penyakit yang sangat umum terjadi, terutama jenis
disentri basiler. Penyakit ini bisa muncul sepanjang tahun di Indonesia.
Jumlah pasti penderita disentri tidak diketahui karena selain
penyakit ini belum tercatat secara resmi, kebanyakan penderita juga
merawat diri di rumah tanpa berkonsultasi dengan dokter. Sanitasi yang
buruk dan keterbatasan air bersih, terutama di daerah yang padat
penduduknya, bisa meningkatkan risiko penyebaran penyakit ini. Selain
itu, faktor risiko disentri yang kuat di Indonesia adalah kontaminasi
pada makanan dan minuman
Apa gejalanya?
Disentri Akibat Bakteri
Jenis disentri yang paling sering terjadi adalah disentri yang disebabkan oleh bakteri shigella (disentri basiler atau sigelosis). Gejala-gejala disentri ini cenderung berlangsung selama 5-7 hari dan umumnya berupa:
- Diare disertai darah.
- Demam.
- Mual
- Muntah.
- Kram perut.
Disentri Akibat Amoeba
Disentri jenis ini disebut disentri amoeba atau amoebiasis. Kondisi
ini sering terjadi di daerah tropis, seperti Indonesia. Disentri amoeba
umumnya memiliki masa inkubasi (jangka waktu seseorang terkena bakteri
hingga muncul gejala) hingga 10 hari setelah paparan dan infeksi
terjadi. Gejala-gejala disentri amoeba biasanya meliputi:
- Diare yang disertai darah atau nanah.
- Sakit perut.
- Demam dan menggigil.
- Mual atau muntah.
- Sakit saat buang air besar.
- Pendarahan pada rektum.
- Kehilangan nafsu makan.
- Penurunan berat badan.
Parasit terkadang bisa masuk ke aliran darah dan menyebar ke organ
lain, terutama hati. Jika ini terjadi, amoeba bisa memicu terbentuknya
abses hati dengan gejala-gejala seperti demam, lemas, mual, batuk, kehilangan nafsu makan, sakit kuning, serta berat badan menurun.
Disentri amoeba biasanya berlangsung selama beberapa hari sampai
beberapa minggu. Tanpa perawatan klinis, amoeba bisa terus hidup di usus
selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, meski pengidap tidak
lagi mengalami gejalanya. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan
penularan dan kambuhnya diare.
Pada umumnya, kasus disentri yang parah bisa berujung pada dehidrasi. Gejala-gejala dehidrasi perlu
diwaspadai, terutama jika disentri terjadi pada anak-anak, karena
ketahanan tubuh mereka terhadap dehidrasi tidak setinggi orang dewasa.
Bagaimana cara pencegahannya?
Menjaga kebersihan adalah faktor utama dalam pencegahan disentri. Di
bawah ini adalah sejumlah langkah sederhana yang bisa membantu kita
untuk mencegah diare maupun disentri:
- Senantiasa mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun setelah menggunakan toilet, sebelum makan, memasak, menyiapkan makanan, dan setelah bermain dengan hewan peliharaan.
- Bersihkan toilet dengan disinfektan setelah buang air besar.
- Memisahkan pakaian pengidap saat dicuci.
- Mencuci pakaian pengidap dengan air panas.
- Jangan menggunakan handuk atau peralatan makan yang sama dengan pengidap.
- Penderita sebaiknya tidak keluar rumah selama minimal 48 jam setelah periode disentri berakhir.
- Hindari konsumsi makanan mentah, seperti karedok. Jika Anda ingin mengonsumsi buah-buahan, pilihlah buah dengan kulit yang bisa dikupas.
- Menjauhi makanan yang kebersihannya tidak terjamin, misalnya yang dijual pedagang kaki lima.
- Hanya mengonsumsi makanan yang dimasak hingga benar-benar matang.
- Hindari konsumsi es batu yang terbuat dari air yang tidak bersih.
- Menghindari minum air langsung dari keran. Rebuslah terlebih dahulu.
- Menjaga kebersihan dapur dan kamar mandi.
- Penderita sebaiknya tidak keluar rumah selama minimal dua hari setelah diare yang terakhir.
- Hindari konsumsi minuman botol dengan segel yang rusak.
- Jagalah kebersihan kuku, terutama jika Anda memiliki kuku yang panjang.
Komentar
Posting Komentar