Penyakit pada Sistem Pernafasan: Asma

Asma

Apa itu Asma?
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.

Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa hal yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.

Apa gejalanya?
Gejala utama asma meliputi sulit bernapas (terkadang bisa membuat penderita megap-megap), batuk-batuk, dada yang terasa sesak, dan mengi (suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit). Apabila gejala ini kumat, sering kali penderita asma menjadi sulit tidur.

Tingkat keparahan gejala asma bervariasi, mulai dari yang ringan hingga parah. Memburuknya gejala biasanya terjadi pada malam hari atau dini hari. Sering kali hal ini membuat penderita asma menjadi sulit tidur dan kebutuhan akan inhaler semakin  sering. Selain itu, memburuknya gejala juga bisa dipicu oleh reaksi alergi atau aktivitas fisik.

Gejala asma yang memburuk secara signifikan disebut serangan asma. Serangan asma biasanya terjadi dalam kurun waktu 6-24 jam, atau bahkan beberapa hari. Meskipun begitu, ada beberapa penderita yang gejala asmanya memburuk dengan sangat cepat kurang dari waktu tersebut.
Selain sulit bernapas, sesak dada, dan mengi yang memburuk secara signifikan, tanda-tanda lain serangan asma parah dapat meliputi:
  • Inhaler pereda yang tidak ampuh lagi dalam mengatasi gejala.
  • Gejala batuk, mengi dan sesak di dada semakin parah dan sering.
  • Sulit bicara, makan, atau tidur akibat sulit bernapas.
  • Bibir dan jari-jari yang terlihat biru.
  • Denyut jantung yang meningkat.
  • Merasa pusing, lelah, atau mengantuk.
  • Adanya penurunan arus puncak ekspirasi.
Bagaimana cara pengobatannya? 
Biasanya obat-obatan asma diberikan melalui alat yang disebut inhaler (obat hirup untuk asma). Alat ini dapat mengirimkan obat ke dalam saluran pernapasan secara langsung dengan cara dihirup melalui mulut. Menggunakan obat asma dengan cara dihirup dinilai efektif karena obat tersebut langsung menuju paru-paru. Kendati begitu, tiap inhaler bekerja dengan cara yang berbeda. Biasanya dokter akan mengajari Anda cara menggunakan alat tersebut dan melakukan pemeriksaan setidaknya sekali dalam setahun.

Selain inhaler, ada juga yang disebut sebagai spacer. Ini merupakan wadah dari logam atau plastik yang dilengkapi dengan corong isap di satu ujungnya dan lubang di ujung lainnya untuk dipasangkan inhaler. Saat inhaler ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer dan dihirup melalui corong spacer itu sendiri. Spacer juga dapat mengurangi risiko sariawan di mulut atau tenggorokan akibat efek samping dari obat-obatan asma yang dihirup.

Spacer mampu meningkatkan jumlah obat-obatan yang mencapai paru-paru dan mengurangi efek sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa lebih mudah memakai spacer ketimbang inhaler saja. Pada kenyataannya karena dapat meningkatkan distribusi obat ke dalam paru-paru, penggunaan spacer sering disarankan.

Sebagai bagian dari penanganan asma yang baik, penting bagi Anda untuk memastikan bahwa dokter atau apoteker mengajari cara menggunakan inhaler dengan benar.

Ada dua jenis inhaler yang digunakan dalam penanganan penyakit asma, yaitu:
  • Inhaler pereda. Inhaler pereda digunakan untuk meringankan gejala asma dengan cepat saat serangan sedang berlangsung. Biasanya inhaler ini berisi obat-obatan yang disebut short-acting beta2-agonist atau beta2-agonist yang memiliki reaksi cepat (misalnya terbutaline dan salbutamol). Obat ini mampu melemaskan otot-otot di sekitar saluran pernapasan yang menyempit. Dengan begitu, saluran pernapasan dapat terbuka lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas kembali dengan lebih mudah. Obat-obatan yang terkandung di dalam inhaler pereda jarang menimbulkan efek samping dan aman digunakan selama tidak berlebihan. Inhaler pereda tidak perlu sering digunakan lagi jika asma sudah terkendali dengan baik. Bagi pengidap asma yang harus menggunakan obat ini sebanyak lebih dari tiga kali dalam seminggu, maka keseluruhan penanganan perlu ditinjau ulang.
  • Inhaler pencegah. Selain dapat mencegah terjadinya serangan asma, inhaler pencegah juga dapat mengurangi jumlah peradangan dan sensitivitas yang terjadi di dalam saluran napas. Biasanya Anda harus menggunakan inhaler pencegah tiap hari untuk sementara waktu sebelum merasakan manfaatnya secara utuh. Anda juga mungkin akan membutuhkan inhaler pereda untuk meredakan gejala saat serangan asma terjadi. Namun jika Anda terus-menerus membutuhkan inhaler pereda tersebut, maka penanganan Anda harus ditinjau ulang secara keseluruhan. Umumnya pengobatan pencegah disarankan jika Anda mengalami serangan asma lebih dari dua kali dalam seminggu, harus menggunakan inhaler pereda lebih dari dua kali dalam seminggu, atau terbangun pada malam hari sekali atau lebih dalam seminggu akibat serangan asma. Inhaler pencegah biasanya mengandung obat-obatan steroid seperti budesonide, beclometasone, mometasone, dan fluticasone. Merokok dapat menurunkan kinerja obat ini.

Komentar